Jumat, 12 Oktober 2012

makalah softskill kelompok 2 (konflik dalam berorganisasi)

Konflik Dalam Berorganisasi


Sejarah Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Pengenalan Konflik
Apabila dalam organisasi individu dan kelompok terjadi interaksi, maka selalu berpotensi terjadinya konflik. Hal itu terjadi ketika ada kompetisi atau gangguan dari campur tangan timbal balik antar orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini kapan saja individu dibawa bersama-sama di dalam suatu Iingkungan organisasi yang terstruktur, dan potensial untuk konflik memungkinkan. Seperti beberapa organisasi atau lembaga yang memiliki kelompok kerja, dan kondisi tersebut biasanya dapat meningkatkan konflik. Dalam kegiatan organisasi selalu terjadi konflik, khususnya yang terkait dengan organisasi adalah multiple approach avoidance conflict, yaitu pendekatan rangkap dalam menghidari konflik, yang maksudnya berbagai kombinasi pengalaman dari orang untuk dijadikan pedoman dalam menghindari terjadinya konflik, baik konflik yang bersifat merusak atau membangun, hal tersebut sesuai dengan pemikiran Sloma, bahwa suatu konflik tidak merusak bilamana konflik tersebut dapat menghasilkan keuntungan positif bagi organisasi, sedangkan konflik merusak adalah konflik yang tidak memberikan keuntungan atau bahkan melemahkan organisasi. Dengan demikian dalam menghindari konflik diperlukan pengalaman dari berbagai pengalaman baik pengalaman pimpinan, pengelola maupun seluruh anggota organisasi, agar dapat memilah
dan mengidentifikasi secara matang apakah konflik yang terjadi bersifat membangun atau sebaliknya.
Menurut Nara Sumber
·         Menurut Monday dan Premeau : conflict is antagonism or opposition between or among persons, yang artinya konflik adatah pertentangan atau oposisi antara atau antar para orang.
·         Menurut Boyce dkk , conflict is disagreement resulting from differences between two or more individuals or groups,  maksudnya konflik adalah perselisihan paham sebagai hasil perbedaan antara dua atau lebih individu atau kelompok.
·         Menurut Hampton, conflict is commonly used to mean a number of things such as competition, opposition, imcompaiihilhy, irreconcilability, disharmony, clash, fighting, and contention. Yang berarti bahwa konflik biasanya digunakan untuk sejumlah hal seperti kompetisi, oposisi, ketidakcocokan, irrekonsilabilitas atau sesuatu yang tidak dapat didamaikan, kepincangan atau kejanggalan, persilisihan, perkelahian, pertengkaran.
·         Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik
Sifat- Sifat Konflik
Berdasarkan Sifatnya, konflik dibagi atas tiga yaitu:
1. Specific Conflict
Specific conflict adalah sebuah konflik yang bersumber dari masalah-masalah yang sifatnya spesifik (khas) misalanya dalam konteks idiologi, warisan berupa budaya, kepercayaan, tradisi serta wilayah.
Contoh Specific conflict: Konflik Etnis di Sampit (Kalimantan Tengah)
Konflik etnis di Kalimantan Tengah ini membuat Sampit tiba-tiba menjadi sangat terkenal pada pertengahan Februari 2002. Namanya ibarat nama selebritis yang menjulang ke angkasa, disebut-sebut para penyiar televisi dan radio, ditulis oleh wartawan koran dan majalah. Itulah Sampit, ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur, yang menjadi saksi bisu terjadinya saling bantai antar anak manusia yang kebetulan berbeda latar belakang suku.
Konflik Sampit terjadi antara warga pendatang (Madura) dan suku Dayak. Konflik ini banyak dipicu oleh kenyataan bahwa etnis Madura pada taraf tertentu telah menjelma menjadi kelompok yang berhasil menguasai berbagai sumberdaya ekonomi, sementara disisi lain perilaku sosial mereka yang cenderung eksklusif semakin menegaskan komunalitas etnisnya. Maka ketika terjadi gesekan-gesekan sosial, meskipun itu kecil, dengan etnis Dayak sebagai penduduk asli cukup untuk menyulut sebuah konflik yang massif dan berkepanjangan.
2. General Conflict
General Conflict adalah suatu konflik dimana sifat konflik tersebut memiliki nilai kesamaan yang bersifat umum dalam arti kata meskipun konflik itu pada awalnya hanya melibatkan dua pihak secara langsung akan tetapi akibat adanya kesamaan (keterkaitan) maka mengakibatkan keterlibatan pihak lain. Misalnya masalah agama, Etnis, HAM, Lingkungan hidup, dan Ancaman Nuklir.
Contoh General Conflict: Kasus Film Fitna
Film anti Al-Quran bikinan politikus sayap ultra kanan Geert Wilders resmi disiarkan online pada tanggal 28 Maret 2008. Kepala Nabi Muhammad SAW disugestikan meledak. Penyiaran film bertitel Fitna itu diumumkan dalam websites partai pimpinan Wilders, Partij voor de Vrijheid/PVV (Partai untuk Kebebasan), dan ditautkan ke liveleak.com, Keputusan Wilders ini mendahului sidang gugatan sela di Pengadilan Rotterdam yang diajukan oleh organisasi muslim di Belanda.
Hari-hari menjelang pemublikasian film ini sebelumnya telah membuat pemerintah Belanda nerveus, karena khawatir akan timbul dampak politik dan ekonomi berupa boikot produk seperti menimpa Denmark. Pemerintah Belanda secara resmi mengambil jarak terhadap isi film ini dan menegaskan bahwa visi Wilders tidak mewakili negeri dan rakyat Belanda. Film Fitna yang dipantau langsung detikcom isinya jelas menghina, melecehkan dan memprovokasi pemeluk agama Islam, yang merupakan visi politik Wilders.
Pada bagian akhir film ini dimunculkan gambar kartun Nabi Muhammad SAW dengan surban berbentuk bom di kepala, bersumber dari kartun Jyllands-Posten. Setelah beberapa detik disugestikan bahwa bom itu meledak. Penyiaran film Fitna ini langsung menjadi headline siaran berita waktu utama seluruh kanal televisi di Belanda. Film ini membuat jutaan orang Muslim di berbagai belahan dunia melayangkan protes dan melakukan demontrasi. Mereka merasa bahwa martabat mereka sebagai pemeluk agama Islam telah dilecehkam melalui film itu dan menuntut adanya penarikan film dan pemboikotan situs-situs yang menayakan film tersebut.
3. Inter-Connected Conflict
Inter-connected conflict adalah suatu konflik yang saling kait-mengkait dimana meskipun pada awalnya konflik itu diakibatkan hanya karena satu persoalan, akan tetapi setelah kejadian merembes ke persoalan lainnya baik dari segi substansi maupun aktornya.
Contoh Inter-connected conflict: Invasi Uni Soviet di Afghanistan (1979-1989)
Perang Uni Soviet-Afghanistan merupakan bagian dari Perang Dingin, dan Perang Saudara Afghanistan. Perang ini memiliki dampak yang sangat besar, dan merupakan salah satu faktor runtuhnya kekuatan Uni Soviet pada tahun 1991.
Konflik yang berujung perang antara Uni Soviet (bersama PDRA atas permintaan bantuan militer oleh PDRA) dengan Afghanistan (Mujahidin) terjadi akibat adanya perbedaan pandangan Ideologi dalam menjalankan proses pemerintahan. Kubu Uni Soviet mendukung tindakan reformasi ekonomi dan sosial, dimana Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan menerapkan program reformasi bergaya Soviet. Perubahan hukum tentang perkawinan dan tanah tidak diterima secara baik oleh masyarakat setempat yang mengikuti tradisi Islam. Akibat dari itu, ribuan anggota dari elit tradisional, pemuka-pemuka agama, dan paranormal diadili menjadi alasan bagi kubu Mujahidin (Islam Fundamentalis) untuk melakukan pemberontakan.
Invasi Uni Soviet ditandai dengan masuknya bala tentara pada tanggal 25 Desember 1979. Pasukan Uni Soviet atas permintaan PDRA mengambil alih kendali, melakukan berbagai macam operasi atas kaum mujahidin. Melihat keadaan yang demikian, Amerika Serikat pun ikut andil. Karena takut semakin meluasnya pengaruh Soviet maka Amerika mengirim bantuan kepada Afghanistan berupa persenjataan dan uang tunai. Para Mujahidin didukung dengan dana sebesar Tiga miliar Dollar oleh Amerika Serikat yang berseteru dengan Uni Soviet pada masa itu. Demikian pula dengan Inggris, Pakistan dan negara Arab lainnya. Bantuan militer tersebut cukup ampuh dalam mengimbangi semangat juang kaum mujahidin yang pada akhirnya mampu memukul mundur pasukan Uni Soviet.
Jadi selain adanya masalah internal PDRA dan kaum mujahidin Afghanistan adapula perang eksternal antara Uni Soviet dan AS baik dibidang ideology maupun militer. Setelah Perang dengan beribu-ribu korban meninggal dan kerusakan yang begitu parah, Uni Soviet akhirnya meninggalkan Afghanistan dengan penarikan tentara terakhir dilakukan pada tanggal 2 Februari 1989. Amerika pun ikut meninggalkan Afghanistan.
Bentuk – bentuk konflik
Berdasarkan bentuknya, konflik dibagi atas tiga yaitu:
1. Pseudo Conflict
Pseudo Conflict atau konflik tersembunyi (konflik batin) adalah sebuah bentuk konflik yang masih tersembunyi namun menuntuk kewaspadaan atau antisipasi kalau-kalau muncul ke permukaan.
Contoh Pseudo Conflict: Konflik Batin
Seorang yang baru lulus dari SMK jurusan Teknik Informatika mendapat tawaran pekerjaan di sebuah perusahaan periklanan. Perusahaan ini mengkhususkan diri memproduksi iklan-iklan berbentuk animasi untuk ditampilkan di televisi. Pemuda ini memang lulusan dari program studi Teknik Informatika, tetapi jurusan yang diambil bukan multi media melainkan jurusan jaringan. Karena itu, ia tidak tahu banyak mengenai program-program aplikasi yang dibutuhkan dalam pembuatan animasi. Hal ini ia sadari betul. Ia sangat yakin jika ia terima tawaran tersebut pasti tidak bisa bekerja dengan baik, bahkan akan mengecewakan perusahaan tersebut. Namun di sisi lain, melihat sulitnya mencari lapangan kerja dan besarnya gaji yang ditawarkan oleh perusahaan iklan itu, ia sangat ingin menerima tawaran tersebut. Ia bingung untuk menentukan sikap, menerima atau menolak tawaran itu. Pertentangan ini membuat dia murung sepanjang waktu.
2. Silent Conflict
Silent Conflict atau konflik semu adalah suatu bentuk konflik yang belum dinyatakan dan masih bersifat koar-koar (adu mulut) atau istilah familiarnya Perang Dingin.
Contoh Silent Conflict: Perang Dingin antara Rusia dengan Negara-negara Barat (AS dan NATO)
“Rusia tidak menghendaki perang dingin, tetapi juga tidak takut menghadapinya. Dan, kalau Pakta NATO berniat putus hubungan dengan Rusia, maka silahkan saja. Itu tidak masalah bagi Rusia. Kalau karena itu, Rusia tidak diterima menjadi anggota organisasi perdagangan dunia WTO, maka juga tidak apa-apa. Semua syarat menjadi anggota WTO yang sudah diterima Rusia tapi merugikan perekonomian negeri beruang merah itu akan dibekukan”. (petikan pidato Presiden Rusia)
Babak baru perang dingin antara Rusia dan Barat telah dimulai. Indikasi dimulainya perang dingin ini adalah silang pendapat Rusia dan Barat dalam menyikapi berbagai persoalan seperti, rencana penempatan sistem anti rudal AS di Eropa Timur, keluarnya Moskow dari perjanjian pengurangan senjata konvensional di Eropa, keberatan Rusia atas usaha Barat untuk memisahkan Kosovo dari Serbia, dideportasinya diplomat Rusia dan Inggris menyusul meningkatnya aktifitas spionase kedua negara ini.
Sejak runtuhnya Uni Soviet dan pembubaran perjanjian Pakta Warsawa, dengan pimpinan AS, NATO mempergunakan kesempatan berkurangnya keamanan di Eropa Timur dan berkurangnya pengaruh Rusia di kawasan tersebut untuk memperluas jangkauan kekuasaannya ke wilayah tersebut. Dalam kesempatan ini, AS dalam usahanya melemahkan pertahanan Rusia, pada tahun 2001 dengan sepihak telah keluar dari perjanjian pelarangan pengembangan Rudal anti Balistik (ABM) yang disepakati pada tahun 1972, dan melaksanakan draf sistem anti rudal di Eropa Timur. Oleh karenanya Rusia melihat rencana Wasington ini mengancam stabilitas negaranya.
Setelah 17 tahun runtuhnya Uni Soviet, Rusia dan Barat belum pernah melakukan langkah positif untuk menyelesaikan berbagai persoalan diantara mereka. Sebagai dua kekuatan yang saling bersaing, Rusia dan Barat selalu mengejar kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan. Penentangan Rusia terhadap usaha Barat untuk memisahkan Kosovo dari Serbia dapat dinilai sebagai persaingan mereka dalam bidang Geostrategis. AS dan Uni Eropa tengah berusaha mengurangi pengaruh tradisional Rusia di kawasan Balkan. Namun tekanan Barat atas Rusia akan mempengaruhi pula perilaku negara ini di kawasan-kawasan lain di dunia. Jelas sekali bahwa dalam rangka menghadapi ancaman-ancaman Barat, Rusia akan memperkuat hubungannya dengan kekuatan-kekuatan regional seperti Cina dan India, juga dengan lembaga-lembaga regional seperti Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
3. Actual Conflict
Actual Conflict adalah konflik yang nyata terjadi antara satu pihak dengan pihak lain dengan menggunakan kekuatan fisik maupun senjata api dan senjata tajam.
Contoh Actual Conflict: Invasi Militer Amerika serikat ke Irak
Invasi Irak 2003 dengan kode “Operasi Pembebasan Irak” secara resmi mulai pada tanggal 20 Maret 2003. Tujuan resmi yang ditetapkan Amerika Serikat adalah untuk “melucuti senjata pemusnah masal Irak, mengakhiri dukungan Saddam Hussein kepada terorisme, dan memerdekakan rakyat Irak”. Sebagai persiapan, pada 18 Februari 100.000 tentara Amerika Serikat dimobilisasikan di Kuwait. Amerika Serikat menyediakan mayoritas pasukan untuk invasi ini, dengan dukungan dari pasukan koalisi yang terdiri dari lebih dari 20 negara dan suku Kurdi di utara Irak. Invasi Irak 2003 inilah yang menjadi pembuka Perang Irak.
Invasi Amerika terhadap Irak pada 20 Maret 2003 tepatnya pukul 05.35 waktu Irak, yaitu negeri yang porak poranda akibat perang teluk serta perang berkepanjangan ditambah dengan sanksi ekonomi yang dipaksakan PBB. Dengan dalih keamanan dunia dengan menuduh Irak mengembangkan senjata pemusnah masal, serta mengusung HAM dan demokrasi dengan menjatuhkan Rezim Sadam. Menjadikan geram negara-negara eropa, bahkan seluruh dunia. Dan sekaligus hal ini semakin memperjelas ambisi Amerika untuk menguasai dunia setelah sebelumnya menguasai Afghanistan.
Okupasi yang kemudian dilakukan oleh pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat mengakibatkan berlanjutnya peperangan antara para pemberontak dengan pasukan koalisi. Tentara Baru Irak lalu dibentuk untuk menggantikan tentara lama Irak setelah dibubarkan oleh koalisi, dan diharapkan tentara baru ini akan mengambil alih tugas-tugas koalisi setelah mereka pergi dari Irak. Dan diantara peperangan yang terjadi antara para pemberontak, koalisi, dan tentara baru Irak, perang saudara antar kelompok mayoritas Syi’ah dan minoritas Sunni masih berlanjut sampai sekarang. Sebab dan akibat terjadinya perang ini sampai kini masih kontroversial.
Dasar terjadinya konflik
1.      Jenis- jenis konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi, antara lain :
1)      Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
-          Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
-          Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
-          Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan-tujuan yang diinginkan.
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya yang sering kali menimbulkan konflik.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
-          Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
-          Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
-          Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2)       Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.
Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempengaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
3)       Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
4)      Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.
5)      Konflik antara organisasi
Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
2.      Penyebab terjadinya konflik
-          Keraguan dan kecurigaan mulai mengemuka, dan iklim di antara kelompok-kelompok merosot.
-          Persepsi atas kelompok luar menjadi terdistorsi atau terstereotipkan dan terpolarisasikan, dengan komentar komentar verbal yang memisahkan kelompok-kelpmpok yang “baik” dari kelompok-kelompok yang “buruk”
-          Kepatuhan dan perasaan perasaan yang berkaitan seperti keramahan, kertetrarikan , keakraban dan kepentingan.
-          Kepatuhan kepada norma kelompok dan konformitas juga meningkat daklam setiap kelompok
-          Kelompok-kelompok mempersiapkan diri merka sendiri bagi kepemimpinan dan pengarahan yang lebih otoritarian.
-          Prilaku memusuhi, hubungan komunikative yang berkurang dan tanda2 lain hubungan antar kelompok menjadi tampak.
-          Pemisahan komplet sama-sama diharapkan dan setiap bentuk usaha yang positif terhenti.
3.      Contoh – contoh konflik
-          Konflik yang terjadi di dalam kelompok kami sendiri yaitu saat mengerjakan makalah ini, kami berdebat mengenai urutan-urutan di dalam makalah yang akan kami susun.
Penyelesaian dengan cara:
1)    penarikan (withdrawal) satu atau lebih partisipan yang sedang konflik,
2)    menganggap konflik tidak ada
3)    kompromi demi berakhir konflik
4)    memaksa konflik untuk ikut campur tangan dari pihak ketiga
5)   dikonfrontasikan antara peserta konflik dalam usaha untuk penyelesaian masalah.
-          Misalkan anda memiliki seorang pegawai yang tampaknya tidak bekerja dengan sungguh sungguh seperti anda sebagai layaknya seorang anggota tim. Apakah masalah anda? Mungkin anda mengatakan bahwa harus diputuskan apakah anda Akan mengeluarkan atau mempertahankan pegawai itu. Tapi apakah keadaan si pegawai itu yang sebenarnya ingin anda ubah? Anda perlu membuat keputusan itu sebelum anda dapat menentukan apakah anda benar-benar mempunyai masalah. Bila anda memutuskan untuk memecat pegawai itu, anda tidak mempunyai masalah.
Penyelesaian nya dengan cara:
Ditanggulangi dan diselesaikan secara efektif, yaitu pemimpin harus memusyawarahkan dengan anggota tim selain yang tidak bekerja dengan baik untuk mendapatkan kesepakatan bersama agar konflik yang terjadi tidak berlanjut.
Hal ini merupakan tantangan sekaligus sebagai peluang untuk belajar dan menambah pengalaman para pemimpin atau pengelola organisasi lembaga saat ini maupun masa mendatang.
Penanganan Konflik
Konflik termasuk jenis khusus frustrasi yang memerlukan memilih antar alternatif.Dalam hal ini konflik tidak sebagai benturan keinginan langsung sebagaimana frustrasi, melainkan sebagai benturan ketegangan yang penanganannya (conflict handling) memerlukan pemilihan alternatif, dan bila sudah tertanggulangi maka ketegangannya akan segera hilang. Oleh sebab itu, tentunya dalam penanganan konflik perlu mengetahui langkah-langkah proses.
Langkah-langkah dalam proses konflik pertama merupakan awal dari pengalaman perilaku frustrasi dalam kesanggupan mencapai tujuan yang diinginkan, kedua sebagai konseptual situasi perilaku frustrasi, ketiga sebagai wakil penerang dari
koseptual situasi, dan keempat bagian dari reaksi dan kelima sebagai hasil dari beberapa produk konflik. Kelima langkah tersebut menggambarkan sebagai kesatuan episode konflik satu ke episode konflik lainnya, sehingga proses konflik
merupakan konsekuensi dari proses  yang satu menuju dan berkembang ke proses konflik lain. Oleh sebab itu dalam penanganan konflik harus berpijak dari titik dan episoda mana konflik terjadi. Demikian pula dalam melakukan penanganan dan penanggulangan konflik dalam organisasi perlu diketahui misi, visi, ruang lingkup, kegiatan, budaya dan produk organisasi tersebut dalam melakukan berbagai penanggulangan dan penanganan konflik, sehingga dalam budaya organisasi dapat mengidentifikasikan dan melakukan intelligensi atau penelusuran konflik yang timbul di dalamnya, sehingga penanggulangan dan penanganan konflik merupakan salah satu ciri budaya organisasi dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Sehubungan penangan konflik sebagai salah satu ciri dari budaya organisasi, maka benturan budaya dan konflik budaya organisasi merupakan dua gejala budaya yang perilakunya menggambarkan kekuatan nilai-nilai organisasi yang saling
berbenturan. Menurut Robin yang dikutip oleh Taliziduhu Ndaka konflik budaya adalah di bawah kondisi when cultures collide atau kapan budaya terjadi tabrakan. Konflik budaya organisasi timbul bilamana seseorang anggota organisasi
berinteraksi dengan anggota yang lain yang memiliki perbedaan budaya berbeda setiap individunya, jadi bila seseorang tidak dapat mengadaptasikan budayanya apakah budaya berpikir, budaya sikap dan perilaku maka akan terjadi benturan
yang tidak dapat dielakan sehingga antarindivddu atau personal, kelompok atau grup maupun organisasi akan terjadi konflik budaya organisasi. tentunya agar benturan dan konflik budaya tidak merusak maka perlu dilakukan penanganan
konflik secara hati-hati. Telah disinggung sebelumnya bahwa dalam organisasi pendidikan banyak terjadi konflik yang bersifat intra personal dan
antar personal dalam lingkungan internalnya, yaitu antar diri sendiri, antara staf dengan staf antara pimpinan dengan
pimpinan dan antara staf dan pimpinan, sedangkan konflik antar personal yang berhubungan dengan lingkungan luar kebanyakan konflik antara mahasiswa dan staf pelayanan mahasiswa. Untuk konflik antar kelompok terjadi diantara unitunit
kerja dalam lingkungan pendidikan, sedangkan konflik antar organisasi terjadi antara organisasi pendidikan dengan organisasi kemasyarakatan. Untuk lebih jelasnya bagaimana dalam menangani konflik yang erat hubungannya dengan
mutu pelayanan akademik maka akan dijabarkan secara rinci konflik intra diri, konflik antarpersonal, kelompok dan organisasi sebagai berikut.
a. Penanganan Konflik Intrapersonal dalam Organisasi
Konflik intrapersonal sebagai konflik internal individual yang sulit dianalisis, pada prinsipnya konflik intrapersonal merupakan hubungan antara kebutuhan, motif (usaha untuk meraih) dan tujuan yang hendak dicapai atau need-drivegoal. Oleh sebab itu penangan konflik intra personal harus dilihat dari aspek motivasi dari seseorang dalam menanggulangi hambatan yang menghadang dirinya. Jadi seorang pemimpin atau pengelola organisasi bila melihat bawahannya mengalami konflik intrapersonal yang perlu diperhatikan adalah menelusuri apa yang menjadi tujuan individualnya bekerja dan apa penghalang dalam melakukan tugas kerjanya di organisasi. Sumber konflik intrapersonal tersebut menurut Massie dan Douglas adalah berawal dari suatu kebutuhan pribadi yang memotivasi individu seseorang
untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi dalam perjalanannya mengalami halangan besar sebagai jenis frustrasi, sehingga individu orang tersebut menghadapi kedua tujuan yang bersifat positif maupun negatif serta dituntut untuk bersaing dalam memilih tujuan. Bentuk konflik tersebut ternyata menghasilkan aspek tujuan postif dan negatif serta persaingan tujuan, dimana individu seseorang harus memilih alternatif. Karena konflik intrapersonal merupakan konflik internal individu dan bersifat pribadi, jadi bisa saja penghalang dari lingkungan organisasi yang masuk ke dalam pribadinya atau dari dalam dirinya sendiri, maka cara menanggulangi konflik intrapersonal dalam organisasi adalah melalui diskusi atau konsultasi antara pimpinan organisasi dan individu tersebut sepanjang ada keterbukaan diri (self disclosure) dari individu orang tersebut atau bila mungkin berkonsultasi dengan
psikolog atau psikiater yang relevan dengan konflik antara masalah pribadi dengan tugas kerjanya. Tetapi pada prinsipnya konflik intrapersonal yang paling bekepentingan adalah individu orang itu sendiri. Bila konflik intrapersonal tersebut diimplementasikan dalam kegiatan akademik maka baik mahasiwa staf maupun
pimpinan-pimpinan lembaga pendidikan, maka konflik intrapersonal bersumber kepribadian yang terpantul dan terkadang menganggu kuliah atau tugas kerjanya.
b. Penanganan Konflik Interpersonal dalam Organisasi
Konflik interpersonal atau antarpersonal didasari oleh emosi seseorang yang terjadi karena tidak adanya keseimbangan apa yang diharapkan dengan apa yang diperolehnya. Hal itu mengakibatkan terjadinya perbedaan yang dapat menimbulkan perselisihan, pertengkaran dan lain sebagainya yang pada dasarnya terjadi antagonis dalam proses interaksi antar individu atau personal dalam kegiatan akademik.
Banyak faktor sebagai penyebab konflik interpersonal, oleh sebab itu dalam penanganan konflik interpersonal harus melihat beberapa aspek sumber yang menyebabkan timbulnya konflik tersebut. Sebagian besar dari konflik interpersonal
berasal dari rintangan personal komunikasi, hal tersebut sesuai dengan pandangan Stromberg dan Westerlund yang dikutip oleh Miner baliwa halangan komunikasi dapat menimbulkan pseudoconflict, yaitu hasil dari ketidaksanggupan dari
partisipan dalam mencapai keputusan kelompok, karena terjadi kegagalan dalam pertukaran informasi, opini atau ide, sekalipun dalam kelompok sudah memiliki persetujuan bersama. Konflik interpersonal yang relevan dengan akademik adalah dalam pelayanan mahasiswa, dimana terjadinya konflik interpersonal antara mahasiswa dengan staf, karena kegagalan dalam mengkomunikasikan informasi, gagasan maupun ide, sehingga dalam proses pelayanan mahasiswa lebih cenderung
menerapkan ketentuan-ketentuan kaku yang sering tidak cocok dengan ide maupun opini mahasiswa maupun staf akademik dalam melakukan tugasnya.
Faktor lain timbulnya konflik interpersonal tidak adanya kepuasan perannya dibanding dengan peran orang lain, tetapi yang sering timbul konflik interpersonal disebabkan karena konflik situasi, yang terakhir konflik interpersonal dapat juga
disebabkan karena perbedaan etnis dan ketidakpuasan peranan antara orang satu terhadap orang lain dapat bersifat obyektif ataupun subyektif. Bila dalam tolok ukur penilaian organisasi, dimana pemimpin memiliki kepribadian yang adil dan bijaksana tentunya akan obyektif dalam menentukan peranan staf akan disesuaikan dengan kemampuannya, tetapi bila berdasarkan subyektifltas suka dan tidak suka maka akan menumbuhkan konflik antara pimpinan dan staf yang berdampak terjadi konflik antar staf dengan staf dan bahkan bila kondisi tersebut mengembang juga akan menimbulkan konflik interpersonal antar pimpinan dengan pimpinan.
Dalam menangani konflik interpersonal yang terbaik dalam organisasi lembaga pendidikan harus kembali pada aturan dan tata tertib dan garis kebijakan lembaga pendidikan sebagai tolok ukur yang dapat menanggulangi konflik interpersonal
sekalipun terkadang emosi setiap anggota organisasi akan terus terlibat di dalamnya. Di samping itu perlu adanya penumbuhan jiwa besar dari semua pihak yang terutama pimpinan atau pengelola organisasi lembaga pendidikan sebagai
panutan dari stafnya.
c. Penanganan Konflik Antar Kelompok dalam Organisasi
Dalam organisasi terdiri dari kelompok-kelompok atau unit kerja, yang masing-masing berusaha untuk memperoleh dan mencapai kepuasan tertentu dalam mencapai tugas dan tujuan organisasi, hal tersebut sering terjadi konflik yang sering
disebut konflik antar kelompoki (intergroup conflict) sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, hal ini sering terjadi karena iklim atau atmosfer sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerjanya.
Menurut Donnely, Gihson dan Ivancevich dalam konflik intergroup atau antar kelompok ditentukan oleh:
1) keterbatasan sumber daya
2) masalah komunikasi
3) perbedaan kepentingan dan tujuan
4) perbedaan persepsi dan sikap, dan
5) ketidakjelasan (lack clarity).
Dalam implementasinya terdapat tiga jenis konflik yang timbul dalam organisasi, yaitu:
1) prosedural conflict,
2) substantive conflict dan
3) affective conflict.
Procedural conflict terjadi apabila hubungan mitra kerja tidak saling setuju tentang langkahlangkah yang harus diambil dalam upaya mencapai beberapa tujuan organisasi, subtantive conflict terjadi akibat hubungan mitra kerja dalam organisasi tidak setuju tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai, sedangkan affective conflict terjadi bila penyerangan kepada mitranya. Dan sangat dipercaya bahwa affective conflict biasanya dihasilkan dari ketidaksanggupan individual secara adil mengatasi ketegangan yang berlebihan. Bila diimplementasikan ke dalam organisasi lembaga pendidikan, maka sumber masalah konflik antar kelompok tersebut
harus ditangani secara efektif dalam melihat keterbatasan sumber daya, struktur organisasi, perbedaan persepsi, perbedaan tugas dan tanggung jawab dan kemungkinan kesalahpahaman akibat komunikasi atau informasi yang tidak
jelas dengan mengukur intensitas sikap dan taruhan berdasarkan model Blake, Shepard dan Moulton.
Menurut Donnelly, Gibson dan Ivancevich, dalam penanganan konflik antar kelompok (intergroup conflict handling] perlu
mengevaluasi tentang:
1) strategi manajemen,
2) pendekatan langsung,
3) persuasi,
4) tawar menawar dan
5) pemecahan masalah.
Kelima unsur tersebut penting dan perlu dievaluasi dalam kebijakan manajemen lembaga pendidikan. Dalam pelaksanaan evaluasi tersebut sangat diperlukan kemampuan para pengelola lembaga dalam menagani setiap terjadinya konflik antar kelompok dari setiap unit kerja tidak sampai merusak kinerja organisasi lembaga pendidikan secara
keseluruhan.
d. Penanganan Konflik Antar Organisasi
Perspektif konflik sebagai dasar asumsi kehidupan sosial yang selalu terus berjuang yang anggota dari kelompok organisasinya mengontrol sumber daya yang langka. Dalam hal ini individual maupun kelompok bertindak sebagai wakil organisasi, dengan cara demikian implementasinya dalam organisasi pendidikan, adalah akan selalu menjaga dan melakukan penempatan posisi strategis yang menguntungkan dalam menghadapi organisasi pendidikan lainnya, agar mencapai tingkat tinggi di mata masyarakat. Konflik antar organisasi lembaga pendidikan pada prinsipnya adalah melakukan kompetisi untuk merebut pangsa pasar jasa pendidikan, oleh sebab itu dalam manajemen perlu membuat strategi untuk menarik perhatian dalam mencapai keunggulan produk tertentu. Misalnya dengan kualitas kelulusan, mutu pelayananan, keunggulan pembayaran (leader price), ketepatan strategi manajemen, komitmen, penanganan konflik (conflict handling) dan lain sebagainya.
Saat ini dalam organisasi modern menawarkan teori varian model lingkungan (contingency model) tentang konflik sebagai jalan terbaik untuk menganalisis konflik organisasi, yaitu kurva linier hubungan antara konflik dan kinerja organisasi yang
dibagi dalam tiga zona, yaitu zona:
1) rangsangan konflik,
2) optimal konflik dan
3) penurunan konflik
Sensitivitas zona zona tersebut diperlukan pengamatan yang teliti agar dapat menentukan ketepatan dalam pengelolaan strategi. Dengan mengetahui konflik internal organisasi maka diharapkan organisasi tersebut dapat menanggulangi dan menangani konflik organisasi secara efektif. Secara keseluruhan dalam solusi penanganan konflik dapat diberikan referensi:
1)    penarikan (withdrawal) satu atau lebih partisipan yang sedang konflik,
2)    menganggap konflik tidak ada
3)    kompromi demi berakhir konflik
4)    memaksa konflik untuk ikut campur tangan dari pihak ketiga
5)    dikonfrontasikan antara peserta konflik dalam usaha untuk penyelesaian masalah Dari referensi tersebut maka upaya dalam penanganan konflik baik yang bersifat interpersonal, intergroup maupun interorganization dapat ditanggulangi dan diselesaikan secara efektif.
Hal ini merupakan tantangan sekaligus sebagai peluang untuk belajar dan menambah pengalaman para pemimpin atau pengelola organisasi lembaga pendidikan saat ini maupun masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
·         Prof Dr. H. Abdul Madjid Lattief, MM. M.Pd. Ketua Program Pascasarjana,Universitas Prof UHAMKA – Jakarta. KONFLIK DALAM ORGANISASI_sippendidikan.
·         Pace R.Wayne dan Don F. Faules/komunikasi organisasi,Bandung:remaja Rosdakarya,1998.
            ·         Michael E. McGill/ Pengembangan Organisasi,Jakarta: PT. pustaka binaman presindo,1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar